Sabtu, 15 Maret 2014

Mengenal Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung (5-habis)


Panorama alam Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dilihat dari puncak Gunung Bulusaraung. Di sekitar pegunungan ini, terdapat Desa Wisata Tompobulu yang menawarkan suasana pedesaan yang asri, berhawa sejuk, lingkungan yang terawat, dan budaya masyarakat yang ramah. Adat budaya masyarakat Bugis-Makassar masih kuat melekat pada kehidupan masyarakatnya. Bahasa keseharian yang digunakannya pun cukup unik, yaitu Bahasa Dentong, yang merupakan perpaduan antara Bahasa Bugis dan Makassar. (Foto: Muhammad Fajrin)





-------------------------

Mengenal Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung (5-habis):

 

Tujuh Keajaiban Objek Wisata di Bantimurung



Oleh: Asnawin
(Wartawan, Penulis, Dosen)

Mungkin berlebihan kalau pengelola Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung menggunakan istilah "The Seven Wonders" atau tujuh keajaiban dari tujuh objek wisata alam di Bantimurung, tetapi itulah wujud semangat mereka untuk mengembangkan sekaligus menduniakan objek wisata yang berada di daerah Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.

Tujuh Keajaiban Dunia biasanya menunjuk ke Tujuh Keajaiban Dunia Kuno. Pencetus awal daftar ini adalah Antipater Sidon, yang membuat daftar struktur dalam sebuah puisi (sekitar 140 SM).

Belakangan, muncul istilah Tujuh Keajaiban Dunia Baru, yaitu proyek yang berupaya mengembalikan konsep Tujuh Keajaiban Dunia dengan daftar keajaiban modern. Pemilihan disusun oleh Yayasan New 7 Wonders, dengan pemenang diumumkan pada tanggal 7 Juli 2007, di Lisbon, Portugal.

Secara kebetulan ada tujuh kawasan wisata di Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung, maka pengelola taman nasional tersebut mengait-ngaitkannya dengan istilah Tujuh Keajaiban atau The Seven Wonders.

Ke-7 kawasan wisata itu terdiri atas lima objek berada di Kabupaten Maros dan dua objek wisata di Kabupaten Pangkep.

Lima kawasan wisata yang berada dalam wilayah Kabupaten Maros, yaitu kawasan wisata Bantimurung, kawasan prasejarah Leang-leang, kawasan wisata Pattunuang Asue, kawasan pengamatan satwa Karaenta, dan kawasan gua vertikal Leang Puteh.

Dua kawasan wisata dalam wilayah Kabupaten Pangkep, yaitu kawasan wisata Pegunungan Bulusaraung, dan kawasan Permandian Alam Leang Londrong.


Visi-Misi

Pengembangan tujuh kawasan wisata tersebut sejalan dengan visi dan misi Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang merupakan organisasi pelaksana teknis pengelolaan taman nasional setingkat Eselon IIIA pada Kementerian Kehutanan yang berada di bawah dan bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.

Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung memang didirikan pada November 2006, tetapi baru beroperasi secara efektif pada April 2007. Dalam tahap prakondisi, Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung telah menetapkan visi dan misi pengelolaan jangka panjang.

Visi yang diusung yaitu "Terwujudnya Pengelolaan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang Mantap, Serasi, dan Seimbang dengan Dukungan Kelembagaan yang Efektif."

Guna mencapai visi tersebut, Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung menetapkan empat misi, yaitu (1) memantapkan status kawasan dan pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya; (2) mengoptimalkan perlindungan hutan dan penegakan hukum; (3) mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan prinsip kelestarian; serta (4) mengembangkan kelembagaan dan kemitraan dalam rangka pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.


Kawasan Wisata Bantimurung

Sekarang mari kita lihat ketujuh objek wisata atau kawasan wisata yang ada di Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Yang pertama dan paling terkenal yaitu kawasan wisata Bantimurung. Inilah salah satu primadona wisata alam Sulawesi Selatan. Sebagai objek wisata andalan, Bantimurung menyodorkan beragam atraksi wisata menarik. Air terjun yang mengalir deras, aliran sungai dengan tepian berbatu yang diapit kokohnya tebing terjal, serta sejuknya hawa menjadi suguhan yang mengundang banyak pengunjung.

Bantimurung pun dikenal hingga ke mancanegara sebagai “The Kingdom of Butterfly”. Sebuah julukan yang diberikan oleh Alfred Russel Wallace (1857). Karena keanekaragaman dan kelimpahan kupu-kupunya ini pulalah yang mendasari Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung mengembangkan penangkaran kupu-kupu yang diusung dalam konsep Taman Kupu-kupu. Selain untuk kepentingan konservasi jenis, Taman Kupu-kupu ini berfungsi sebagai wahana pendidikan konservasi bagi masyarakat umum.

Beragam aktivitas dapat dilakukan di kawasan wisata Bantimurung. Kesegaran air terjun mengundang para pengunjung untuk berwisata tirta. Atraksi kupu-kupu beterbangan beraneka warna menambah semaraknya suasana. Keindahan panorama ini pun dapat dinikmati dari atas ketika kita melayang menggunakan flying fox.

Pengunjung pun dapat penyusuri keindahan aliran sungai hingga ke hulunya, di Danau Kassi Kebo. Danau ini dikelilingi oleh tebing terjal dan dihiasi hamparan pasir putih di tepiannya. Danau inilah yang menjadi habitat utama kupu-kupu Bantimurung.

Di dekat danau terdapat Gua Batu yang menyajikan juntaian stalagtit (jenis speleothem atau mineral sekunder yang menggantung dari langit-langit gua kapus) dan tonjolan stalagmit (susunan batu kapur berbentuk kerucut berdiri tegak di lantai gua), serta keindahan ornamen gua lainnya.

Di sisi sungai lainnya terdapat pula Gua Mimpi dengan ornamen yang tak kalah indahnya.

Pemerintah daerah Kabupaten Maros dan Balai TN. Bantimurung Bulusaraung mengembangkan berbagai sarana dan prasarana wisata. Di sekitar air terjun terdapat beberapa Gazebo sebagai tempat wisatawan beristirahat. Tak hanya itu, mushallah, toko souvenir, kolam renang anak, baruga pertemuan, toilet, area parkir, dan penginapan pun telah tersedia untuk mendukung kenyamanan berwisata.

Lokasi Kawasan Wisata Bantimurung sangat strategis bisa dijangkau dari berbagai jurusan dan dilintasi oleh jalan lintas Kabupaten Maros-Bone menjadikan lokasi ini semakin menarik untuk dikunjungi. Objek wisata ini tak jauh dari Ibu Kota Provinsi. Dari Makassar hanya berjarak ± 42 km dan dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin pun hanya berjarak ± 24 km dan dapat ditempuh dalam waktu ± 1 jam dengan menggunakan kendaraan roda empat


-----------

LEANG-LEANG. Pemandangan batuan dan tebing karst di Taman Prasejarah Leang-Leang berdiri tegak memesona dan karya seni rupa purbakala yang menakjubkan di gua-gua prasejarah. (Foto: Taufik Ismail)

-----------






Kawasan Prasejarah Leang-Leang

Taman Prasejarah Leang-leang menawarkan wisata sejarah budaya peradaban manusia purba. Tapak kehidupan manusia jaman prasejarah dapat ditelusuri di lokasi wisata ini. Lukisan telapak tangan manusia dan babi rusa yang terpampang di dinding-dinding gua serta beragam artefak menjadi bukti kehadiran manusia prasejarah di daerah ini.

Panorama alam objek wisata ini pun sungguh menawan. Gugusan tebing batu dengan bentuk yang khas dan unik, serta gunung-gunung batu yang kokoh menjulang menampilkan panorama khas landscape karst.

Selain menambah pengetahuan tentang peradaban manusia purba, berbagai aktivitas pun dapat dilakukan di sini. Di atas hamparan rumput yang hijau atau di tepian sungai yang mengalir jernih di pinggiran tebing, pengunjung pun bisa bersantai menikmati asrinya suasana. Lokasi ini pun cocok untuk kegiatan out bound.

Demi menambah kenyamanan pengunjung, di area ini telah dilengkapi dengan rumah adat, baruga, shelter, toilet, jalur tracking, papan interpretasi, serta loket penjagaan.

Lokasi ini berada tak jauh dari Kawasan Wisata Bantimurung, hanya berjarak ± 9 km. Jika ditempuh dari Maros, maka ± 3 km sebelum Kompleks Wisata Bantimurung, perjalanan berbelok ke arah utara sejauh ± 6 km dari jalan poros Maros-Bone.


----------------

Sungai Pattunuang yang berbatu dan berair jernih. Beragam aktivitas petualangan yang menantang dapat dilakukan di kawasan wisata Pattunuang, antara lain panjat tebing di dinding karst yang menjulang terjal, camping, tracking, hiking, atau hanya sekedar menikmati indahnya panorama alam. (Foto: Kamajaya Shagir)


------------------


Kawasan Wisata Pattunuang Asue

Inilah Surga Para Petualang. Beragam aktivitas petualangan yang menantang dapat dilakukan di sini. Pengunjung disuguhi banyak pilihan kegiatan alam bebas: panjat tebing di dinding karst yang menjulang terjal, susur gua di gua-gua vertikal maupun horizontal, susur sungai yang berbatu dan berair jernih, camping menikmati kehidupan alam bebas, tracking sepanjang jalur di dalam hutan, hiking di perbukitan batuan karst, atau hanya sekedar menikmati indahnya panorama alam.

Beraneka jenis tumbuhan dan satwa liar yang berkeliaran di habitat aslinya menambah serunya petualangan di alam bebas. Pattunuang adalah habitat bagi hewan unik dan langka, Tarsius fuscus. Pattunuang juga merupakan rumah bagi puluhan jenis burung. Jika beruntung, pengunjung dapat melihat atraksi Soa-soa (Hydrosaurus amboinensis) yang berjemur di bebatuan tepian sungai.

Adanya legenda “Biseang Labboro” atau perahu terbalik yang membantu di tepian sungai Pattunuang, menambah daya tarik objek wisata ini.

Fasilitas pengunjung yang telah tersedia berupa shelter, toilet, jalur tracking, papan interpretasi, dan loket penjagaan. Aksesibilitas menuju objek wisata ini cukup mudah. Letaknya tak jauh dari Bantimurung. Hanya tinggal melanjutkan perjalananan ke arah Bone sejauh ± 3 km, lalu dari jalan poros Maros-Bone dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh ± 500 m menuju gerbang masuk Pattunuang.


Kawasan Pengamatan Satwa Karaenta

Karaenta adalah laboratorium alam yang menawarkan beragam ilmu, pengetahuan, dan pengalaman yang menarik. Kekayaan jenis flora dan fauna serta keunikan landscape karst-nya sangat menarik untuk dieksplorasi.

Bagi para pecinta lingkungan atau peneliti yang ‘haus’ akan ilmu alam, Karaenta merupakan tempat yang cocok untuk dikunjungi. Disini terdapat sekelompok monyet hitam Sulwesi (Macaca maura). Dengan keahlian khusus petugas, kelompok kera hitam tersebut dapat berkumpul dan menjadi atraksi satwa di habitat alaminya.

Gugusan Eboni (Diospyros celebica) atau kayu hitam yang merupakan jenis kayu langka dan bernilai tinggi masih banyak dijumpai.

Lokasi ini dapat dicapai dari Makassar dengan kendaraan roda empat sejauh ± 56 km atau hanya sekitar 2 jam perjalanan. Lokasinya yang melewati Bantimurung dan Pattunuang menjadikan lokasi ini cukup strategi untuk dikunjungi.


Kawasan Gua Vertikal Leang Puteh

Bagi para pecinta tantangan ekstrim, Leang Puteh menawarkan petualangan paling menantang di TN. Bantimurung Bulusaraung. Gua vertikal yang menganga lebar dan dalam memacu adrenalin para petualang.

Dengan lebar 50 – 80 m dan kedalaman ± 273 m, Leang Puteh sebagai gua single pitch terdalam di Indonesia. Uniknya lagi, pada bagian dasar, gua ini menyambung dengan Gua Dinosaurus yang terletak tak jauh dari mulut Gua Leang Puteh.

Namun, untuk saat ini petualangan menyusuri kedua gua ini hanya diperuntukkan bagi para petualang yang memiliki stamina, keberanian, keahlian, dan peralatan khusus.

Untuk menuju lokasi ini dibutuhkan stamina yang baik. Dusun Pattiro berjarak ± 80 km dari Makassar, sedangkan dari Dusun Pattiro, pengunjung masih harus menyusuri jalan setapak sejauh ± 2 km menuju mulut gua.


Kawasan Wisata Pegunungan Bulusaraung

Desa Wisata Tompobulu menawarkan suasana pedesaan yang asri, berhawa sejuk, lingkungan yang terawat, dan budaya masyarakat yang ramah. Adat budaya masyarakat Bugis-Makassar masih kuat melekat pada kehidupan masyarakatnya.

Bahasa keseharian yang digunakannya pun cukup unik, yaitu Bahasa Dentong, yang merupakan perpaduan antara Bahasa Bugis dan Makassar.

Beragam upacara dan kebiasaan masih sering dilaksanakan, seperti Tudang Sipulung (musyawarah desa), Mappadendang (syukuran pasca panen), Tari Mappepe-pepe (tarian sakral para pemuda desa), Ma’raga-raga (ketangkasan Bola Raga), Tari Kalabbirang (tari persembahan pada raja), Tari Makkampiri (tari wujud syukur pasca panen kemiri), Upacara Appalili (upacara pra masa tanam padi), serta Upacara Kotto Boko (ritual pasca panen padi).

Suasana budaya Bugis dapat semakin terasa, jika pengunjung meluangkan waktu untuk menginap di rumah-rumah warga yang juga difungsikan sebagai homestay.

Masyarakat pun telah berinisiatif membentuk Kelompok Ekowisata Dentong yang senantiasa siap mendampingi pengunjung.

Desa ini terletak tepat di kaki Gunung Bulusaraung. Pengunjung dapat melanjutkan perjalanan ke puncak Bulusaraung yang tidak terlalu tinggi, hanya ± 1.353 mdpl dengan jalur pendakian ± 2 km. Di sepanjang jalur tersebut terdapat 9 pos pendakian yang telah dilengkapi dengan shelter.

Menara pengawas di Pos 8 dan Camping ground di Pos 9. Berbagai jenis satwa dapat dijumpai di daerah ini. Jika beruntung, maka disepanjang jalur tracking tersebut, dapat dijumpai musang, tarsius, serta berbagai jenis burung dan kupu-kupu.

Untuk menuju desa ini tidaklah terlalu jauh. Desa ini hanya berjarak ± 70 km dari Makassar atau ± 20 km dari Pangkep.


Kawasan Permandian Alam Leang Londrong

Daya tarik utama objek wisata ini adalah aliran air sungai yang mengalir dari gua Leang Lonrong (2.300 m). Gua ini berada di bawah tebing karst yang menjulang terjal mengelilingi aliran sungai. Sungai yang mengalir sepanjang tahun ini sangat cocok untuk berwisata tirta. Kekayaan flora dan fauna di sekitarnya pun cukup menarik untuk dinikmati.

Pada dini hari atau menjelang senja, beberapa ekor Tarsius (Tarsius fuscus) biasa berkeliaran di celah bebatuan.

Untuk mendukung kenyamanan pengunjung, di lokasi ini telah tersedia shelter, jembatan dan jalur tracking. Lokasi ini dapat dijangkau dari Makkasar dengan kendaraan roda empat setelah menempuh perjalanan sejauh ±53 km atau hanya ±1 jam.


--------------------

Sumber referensi:
-- http://www.dephut.go.id/index.php/news/details/3105
-- http://www.dephut.go.id/uploads/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_index.htm
-- http://bantimurung.maroskab.go.id/sejarah-bantimurung
-- http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Bantimurung_Bulusaraung
-- http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_lindung
-- http://id.wikipedia.org/wiki/Alfred_Russel_Wallace
-- http://id.wikipedia.org/wiki/Stalaktit
-- http://id.wikipedia.org/wiki/Tujuh_Keajaiban_Dunia
-- http://id.wikipedia.org/wiki/Tujuh_Keajaiban_Dunia_Baru
-- http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
-- Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999, tentang Kehutanan
-- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, tentang Konsenvasi Sumber Daya Alam Hayati dan ekosistemnya
-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=64&Itemid=169
-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=525%3Athe-kingdom-of-butterfly&catid=74%3Abranding&Itemid=171
-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=62&Itemid=171
-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=524%3Athe-spectacular-tower-karst&catid=74%3Abranding&Itemid=179
-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=122&Itemid=183
-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=118&Itemid=191
-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=158&Itemid=208
-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=121&Itemid=209
-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=519&Itemid=218
-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=520&Itemid=219
-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=521&Itemid=220
-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=522&Itemid=221
-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=523&Itemid=222
-- http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/travelling/14/03/09/n26epa-taman-bulu-saraung-kembangkan-tujuh-objek-wisata

Tidak ada komentar: